Jakarta - Sebuah laporan baru yang diterbitkan American Cancer Society menunjukkan angka kematian akibat kanker payudara telah menurun hingga 44 persen sejak akhir 1980-an. Namun, insiden kanker payudara telah meningkat sebesar 1 persen setiap tahun sejak 2012.
Pada wanita yang lebih muda, angkanya meningkat lebih cepat, sekitar 1,4 persen setiap tahun sejak 2021.
"Itu sangat mengkhawatirkan karena kita tahu bahwa skrining hanya dimulai pada usia 40 tahun," kata dr Sonya Reid, seorang onkolog medis payudara di Vanderbilt University Medical Center, yang tidak terlibat dengan laporan tersebut.
"Ini bukan hanya satu kelompok ras atau etnis yang terkena dampak, kami melihatnya secara menyeluruh, jadi sulit untuk menghubungkannya dengan faktor leluhur atau genetik saja."
Laporan tersebut juga menunjukkan perbedaan antar kelompok. Di antara wanita Asia Amerika dan Kepulauan Pasifik atau Asian American Pacific Islander (AAPI) di bawah 50 tahun, diagnosis kanker payudara telah meningkat sebesar 50 persen sejak 2000.
Tingkat kanker payudara pada wanita AAPI yang berusia di bawah 50 tahun saat ini lebih tinggi daripada pada wanita kulit hitam, Hispanik, Indian Amerika, dan Penduduk Asli Alaska pada kelompok usia yang sama. Pada tahun 2000, wanita AAPI di bawah 50 tahun memiliki tingkat kanker payudara terendah kedua.
Alasan mengapa lebih banyak wanita berusia di bawah 50 tahun yang terkena kanker payudara masih belum diketahui saat ini. Namun diduga ada kaitannya dengan oleh faktor risiko yang dapat diubah seperti paparan lingkungan dalam makanan, udara atau air, meningkatnya angka obesitas dan kurangnya aktivitas fisik.
Faktor-faktor risiko tersebut juga diduga menyebabkan angka kanker kolorektal yang lebih tinggi pada orang yang lebih muda.
Dr Wendy Wilcox, kepala petugas kesehatan wanita di New York City Health + Hospitals, mengatakan bahwa kemungkinan besar bukan hanya satu faktor saja yang mendorong peningkatan diagnosis kanker payudara pada usia muda.
"Ada berbagai macam ide yang dapat kita kemukakan mengenai alasannya, tetapi sebelum hal tersebut diteliti, kita tidak akan tahu secara pasti," kata Wilcox.
Suci Risanti Rahmadania
Sumber health.detik.com
0 Komentar