Selain Menular, Demam Berdarah Bisa Berujung Kematian Jika Sudah Pernah Terinfeksi




Jakarta, VIVA – Demam Berdarah Dengue atau DBD, merupakan penyakit yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. 

Virus dengue dapat mengakibatkan dua kondisi, yaitu demam dengue dan demam berdarah dengue. Apa perbedaannya? Yuk, scroll untuk tahu lebih lanjut. Demam dengue biasanya cenderung menimbulkan gejala ringan, ditandai dengan demam secara tiba-tiba dan berbagai gejala yang tidak spesifik, termasuk sakit kepala bagian depan, nyeri retro-orbital, nyeri tubuh, mual dan muntah, nyeri sendi, lemas, dan ruam. 




Sementara Demam Berdarah Dengue biasanya dapat menyebabkan gejala yang berat seperti perdarahan kulit, termasuk yang paling umum terjadi adalah petekie dan purpura, bersama dengan perdarahan gusi, epistaksis, menoragia, dan perdarahan saluran cerna.

Spesialis dokter anak, Dr. Nunki Andria Samudra, Sp.A, menjelaskan, DBD adalah penyakit yang mengancam jiwa dan dapat mengintai setiap orang.  “Seseorang bisa terinfeksi DBD lebih dari sekali, dan infeksi berikutnya berisiko lebih parah, bahkan bisa berujung pada kematian. Apalagi, menurut data Kementerian Kesehatan, setiap hari, dua orang meninggal karena DBD,” ujar dokter Nunki dalam keterangannya, dikutip Selasa 30 Juli 2024.

“Untuk itu, kita semua perlu lebih waspada, terutama pada pagi dan sore hari saat nyamuk biasanya menggigit, yaitu waktu di mana kita paling aktif,” sambungnya. Menurut dr. Nunki, DBD bukan hanya masalah individu, tetapi masalah komunitas. Risiko DBD lebih tinggi di daerah yang padat penduduknya seperti daerah pemukiman perkotaan. “Orang yang terinfeksi dengue tidak hanya berisiko terhadap kesehatannya sendiri, tetapi juga berpotensi menyebarkan virus dengue. Ketika nyamuk menggigit seseorang yang memiliki virus dengue dalam darahnya, nyamuk tersebut akan terinfeksi dan kemudian dapat menularkan virus kepada orang sehat melalui gigitannya,” jelasnya.




Perlu diingat bahwa dengue tidak dapat menyebar langsung dari satu orang ke orang lainnya, nyamuk diperlukan untuk transmisi virus dengue.  “Jadi, bagi bapak dan ibu yang memiliki buah hati, lalu digigit oleh nyamuk pembawa virus dengue, perlu berhati-hati karena dapat menularkan kepada anak-anak kita,” tuturnya. DBD sendiri terdiri dari tiga fase, yaitu fase demam tinggi di 1-3 hari pertama; fase kritis, pada hari ke-4 dan 5; dan fase penyembuhan, yaitu di hari ke-6 dan 7.  “Waspada pada fase kritis, karena pasien dapat mengalami pendarahan dan syok yang membahayakan nyawa,” jelas dr. Nunki. Nunki lebih lanjut mengatakan, langkah-langkah seperti gerakan 3M Plus sangat membantu dalam meminimalkan risiko melalui pengendalian vektor nyamuk. Namun, cara inovatif lain untuk memberikan perlindungan lebih baik juga perlu dipertimbangkan, salah satunya melalui vaksinasi. “Saat ini, masih belum ada pengobatan yang khusus untuk menyembuhkan DBD. Pengobatan yang diberikan dokter kepada pasien DBD adalah untuk mengatasi gejala, seperti pemberian cairan infus, atau pemberian penghilang nyeri (pain killer),” ucapnya.


“Oleh karena itu, dibutuhkan pencegahan yang komprehensif agar kita dapat terhindar risiko DBD parah dan kematian. Pencegahan inovatif vaksin DBD yang saat ini tersedia di Indonesia diperuntukkan bagi kelompok usia 6-45 tahun, dapat diberikan terlepas dari paparan DBD sebelumnya, serta dapat diakses secara mandiri oleh masyarakat,” tambahnya.  Menurutnya, vaksin DBD adalah salah satu langkah krusial untuk meningkatkan perlindungan, baik bagi anak-anak maupunorang dewasa. Tetapi, untuk mendapatkan perlindungan yang optimal, vaksinasi harus dilakukan secara lengkap sesuai dosis yang dianjurkan.  “Dengan memberikan perlindungan ‘dari dalam’ kepada seluruh anggota keluarga, kita dapat bersama-sama menciptakan lingkungan yang lebih aman dari risiko DBD parah dan perawatan di rumah sakit,” tutup dr. Nunki. Secara terpisah, Andreas Gutknecht, Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, mengungkapkan, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), demam berdarah dengue (DBD) adalah salah satu ancaman kesehatan masyarakat utama di dunia, dan Indonesia menjadi salah satu negara yang paling terdampak.  “Di Indonesia, semua orang berisiko terkena DBD sepanjang tahun. Anak sekolah dan orang dewasa yang bekerja adalah yang paling terpengaruh, dan yang memprihatinkan, DBD adalah penyebab utama kematian anak-anak di Indonesia,” tukasnya. “Bersama, kita memiliki kekuatan untuk melawan DBD, tetapi kita semua harus mengambil tindakan sekarang. Mari kita tingkatkan kesadaran, perkuat pengendalian nyamuk dengan menerapkan 3M Plus, dan manfaatkan metode pencegahan yang inovatif seperti vaksin, sebagaimana direkomendasikan oleh asosiasi medis,” imbuhnya. Andreas melanjutkan, Takeda berkomitmen untuk memerangi DBD sebagai mitra jangka panjang melalui pencegahan inovatif.  “Lebih dari itu, kamj bekerja sama dengan pemerintah, asosiasi medis, perusahaan, sekolah, sektor swasta, dan masyarakat untuk memperkuat pencegahan demam berdarah yang komprehensif dan menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi keluarga dan masyarakat Indonesia. Hal ini salah satunya kami wujudkan melalui partisipasi dalam acara Mums Festival hari ini. Bersama-sama kita dapat mencapai tujuan Indonesia yaitu nol kematian akibat dengue pada tahun 2030,” pungkas Andreas.

Oleh : Sumiyati
Sumber viva.co.id


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel